Pages

Rabu, 13 April 2011

Konsep Hidup

َوَعَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كُنْتُ خَلْفَ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم يَوْمًا فَقَالَ: ( يَا غُلَامُ! اِحْفَظِ اَللَّهَ يَحْفَظْكَ اِحْفَظِ اَللَّهَ
تَجِدْهُ تُجَاهَكَ وَإِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اَللَّهَ وَإِذَا اِسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاَللَّهِ ) رَوَاهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَسَنٌ صَحِيحٌ

Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku pernah di belakang Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pada suatu hari dan beliau bersabda: Wahai anak muda peliharalah (ajaran) Allah niscaya Dia akan memelihara engkau dan peliharalah (ajaran) Allah niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta sesuatu mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan mintalah pertolongan kepada Allah. Riwayat Tirmidzi. Ia berkata: Hadits ini shahih.


“Jagalah Allah; niscaya Dia menjagamu”, Sebuah konsep yang diajarkan Rasulullah SAW tentang penjagaan yang akan Allah lakukan kepada hamba-Nya ketika hamba dengan kesadarannya mampu menjaga Allah SWT dengan baik.

‘Perlukah Allah dijaga? dengan cara hapa menjaganya?’ Pertanyaan yang sekiranya akan muncul, mengingat Kemahakuasaan Allah kepada makhluk-Nya, tidak ada seorangpun yang mampu berbuat sesuatu kecuali atas izin dari-Nya. Seperti halnya kehidupan yang memiliki hukum ‘kausalitas’ (sebab akibat); sebab orang baik maka akibat dari kebaikan yang dia lakukan, orang menghargainya, begitupun sebaliknya sebab orang jahat maka akibatnya orang lain membenci dan memusuhinya. Demikian pula dengan Allah, ketika seseorang dengan kerendahan hatinya menghadap Allah melalui aktifitas ibadahnya maka Allah SWT akan memberikan apa yang diinginkan, ketika seseorang melakukan dosa lalu bertaubat dengan ‘taubat nasuha’ maka Dia akan mengampuni kesalahan-kesalahannya. Subhanallah

Konsep penjagaan Allah ini ditemukan dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad. Ibnu Abbas ra berkata, ‘saya pernah berada dibelakang Rasulullah SAW’, lalu beliau bersabda: “Wahai anak muda, sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat; Jagalah Allah, niscaya Dia menjagamu, Jagalah Allah niscaya kamu mendapatinya dihadapanmu, Apabila kamu meminta (sesuatu) mintalah kepada Allah, Apabila kamu memohon pertolongan mohonlah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah, andaikan seluruh umat manusia berhimpun untuk memberimu suatu manfaat, niscaya mereka tidak akan bisa memberimu manfaat apapun, kecuali suatu manfaat yang telah ditentukan Allah untukmu. Dan andaikan mereka berhimpun untuk mencelakaimu dengna sesuatu, niscaya mereka tidak akan bisa mencelakaimu sedikitpun, kecuali hal itu memang sudah ditentukan Allah atasmu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering”.

A’idh bin Abdullah al-Qarni dalam bukunya Agar dijaga Allah - Jurus Meraih Kesaktian Ilahi (ihfadzillah yahfadzka) menuliskan bahwa kita dapat mengusahakan penjagaan Allah dengan bertaqwa; meninggalkan apa yang Allah benci dan meninggalkan apa yang Allah larang.

Menurut A’idh bin Abdullah al-Qarni, cara konkrit yang bisa dilakukan untuk menjaga Allah adalah dengan menjaga shalat dan menjaga anggota tubuh dari hal-hal yang tidak baik seperti, hati, lidah, telinga, mata dan perut. Menjaga shalat dengan menunaikannya tepat waktu dan berjama’ah, menjaga hati dari riya, takabbur, sum’ah dll, menjaga lidah dari perkataan ‘rafats’, menjaga telinga dari mendengar hal-hal yang tidak baik, seperti tajassus, namimah dan sebagainya, menjaga mata dari pandangan yang haram dan menjaga perut dari makanan-makanan yang tidak halal dan tidak thayyib.

Sebagai ganti dari usaha kita menjaga Allah, maka Allah akan menjaga dan memelihara kita. Sangat mudah bagi Allah untuk menggerakan orang-orang disekeliling kita untuk menjadi pengingat dikala lengah dalam urusan agama kita. Sangat mudah pula bagi Allah untuk memelihara kehidupan kita di dunia dengan menghindarkan diri dari bencana. Tidak ada yang mustahil bagi Allah, jika dia berkehendak pasti yang dikehendaki-Nya akan terjadi.

Sangat mudah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana penjagaan yang Allah berikan kepada seorang akhwat yang berjilbab atas dasar agama (karna ada juga yang berjilbab mengikuti trend model) dengan tulus dan ikhlas, dihindarkan dari gangguan laki-laki ‘hidung belang’ yang lebih suka melihat wanita yang berpakain super minim, atau seorang pedagang yang jujur yang usahanya dimajukan oleh Allah, atau seseorang yang dengan segala kekurangan dirinya namun tidak pernah mengeluh atas apa yang menimpanya. Ditengah kesusahan hidup yang kita alami, Allah bisa dengan mudah mengirimkan pertolongan melalui orang-orang disekeliling kita atau dengan cara yang tidak pernah disangka-sangka. Harga yang harus dibayar untuk perlindungan dan pertolongan Allah tidaklah mahal, hanya bermodalkan ketekunan untuk bertaqwa, maka Allah akan menjaga kita.

“Jagalah Allah; niscaya kamu mendapatinya dihadapanmu”, konsep kedua yang diajarkan Rasulullah ini, bukanlah sekedar isapan jempol belaka (naudzu billah bila ada yang beranggapan seperti itu). Karena sejarah membuktikan dengan bukti-bukti yang otentik bahwa para Nabi, orang-orang baik lagi jujur dalam bertutur kata, para syuhada dan orang-orang shalih telah merasakan bagaimana kedekatan Allah bersama mereka sehingga memberi sebuah keyakinan akan kedekatan Allah, baik dikala senang maupun susah.

Nabi Ibrahim as yang dihadapkan pada keluarga yang berseberangan dengan keyakinannya, Raja Namrudz yang dzalim yang membakarnya hidup-hidup, membangun ka’bah dan sampai pada titik klimaks yang diharuskan menyembelih putra tercinta (Ismail as). Tapi dengan kesabaran yang lahir dari keimanan, semua dapat dilalui sehingga beliau dinobatkan Allah sebagai ‘Abul Anbiya’ (bapaknya para Nabi). Nabi Musa as yang harus berhadapan dengan seorang raja dzalim (firaun) yang telah memelihara dan membiarkannya tetap hidup disaat bayi laki-laki lainnya harus dibunuh, dengan perjalanan panjang dakwahnya, walau didera siksaan kepada diri dan pengikutnya tapi musa tidak bergeming sedikitpun lalu Allah menyelamatkan mereka dan menenggelamkan fir’aun beserta bala tentaranya. Demikian pula dengan Nabi-nabi yang lain.

Pantaslah bila Allah berfirman dalam ayatnya: “...jika kamu menolong [agama] Allah niscaya Dia akan menolongmu dan akan menetapkan kedudukan kamu di hadapan-Nya”. (QS. Muhammad [47]: 7).

“Apabila meminta; mintalah kepada Allah", konsep ketiga yang menegaskan Allah ‘Azza wa Jalla sebagai pemilik segalanya, tidak pernah ‘sungkan’ untuk memberi apapun bila ada hambanya yang meminta. Berbeda dengan hamba-Nya, yang selalu banyak meminta dan kadang menuntut sesuatu yang bukan haknya. Bahkan seringkali ketika permintaannya belum Allah kabulkan menjadi putus asa sampai menyalahkan Allah (naudzu billahi min dzalik). Hati-hati jangan sampai kita menyalahkan Allah. Sebab, dengan tegas Alah SWT menyatakan bahwa, “….apa-apa yang menimpa kamu dari hal-hal yang buruk maka itu (sebabnya) dari (kesalahan) diri kamu sendiri”. (QS. An-Nisa [4]: 79).

Allah Azza wa Jalla mengancam orang sombong yang tidak mau berdo’a kepada-Nya.
“Dan Robb kalian berfirman : Berdo’alah kepadaku maka pasti aku akan kabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari menyembah kepada-Ku maka pasti mereka akan masuk ke neraka jahannam dalam keadaan hina.” (QS. Al-Mukmin [40] : 60)

Maka wajib bagi seorang Muslim untuk dia tidak meminta/berdo’a kepada selain Allah dalam hal-hal yang tidak sanggup untuk melakukannya kecuali Allah. Barangsiapa yang meminta/berdo’a kepada selain Allah maka dia terjerumus kedalam kesyirikan yang Allah telah melarang hamba-Nya darinya. Allah berfirman : “Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang berdo’a kepada selain Allah yang tidak bisa memperkenankan do’anya sampai hari kiamat” (QS. Al-Ahqof [46]: 5).
Ibnu Ajab berkata: “Ketahuilah bahwa meminta kepada Allah adalah suatu yang wajib dilakukan. Karena meminta itu mengandung arti merendahkan diri, tunduk serta mengharapkan dan membutuhkan dari sang peminta (hamba). Dan hal tersebut juga mengandung pengakuan akan kemampuan yang di minta (Allah) untuk menghilangkan kesusahan dan mendatangkan kemanfaatan. Tidak ada yang patut untuk seorang Muslim itu merendahkan diri dan mengharapkan kecuali kepada Allah saja. Dan inilah hakikat ibadah. Jamiul ulum wal hikam hal. 181

“Apabila memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah”, Allah menciptakan manusia dengan segala keterbatasan dan kelemahan disamping kelebihan dan kekuatannya. Kita harus memahami segala kelemahan dan keterbatasan yang ada agar kita menyadari dan mampu mengatasi kelemahan dan keterbatasan tersebut serta menjadikannya sebagai credit point untuk mencapai derajat kemuliaan.

Sebagai makhluk, manusia lemah, manusia diciptakan dengan keterbatasan fisik dan akal. Fisiknya tidak akan mampu menggerakan alam semesta ini dengan tenaganya, akalnya tidak akan mampu menyelami segala kehendak Allah SWT. Meminta bantuan dan lindungan Allah menjadi hal yang mutlak dilakukan. “… Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An-Nisa [4]: 28)

Kelemahan manusia lainnya ialah bodoh. Seperti apa yang difirmankan Allah,
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al Ahzab [33] :72)

Memikul amanat itu memerlukan ilmu dan pengamalan yang konsisten sehingga tidak mengkhianati amanat tersebut. Apabila manusia berilmu dan mampu mengamalkannya dengan istiqamah maka terlepas dari kezaliman dan kebodohan.

Oleh karena keterbatasan-keterbatasan tersebut, manusia meskipun memiliki berbagai kemuliaan, masih memerlukan Allah. Sungguh aneh jika ada manusia yang merasa bahwa ada urusan yang tidak memerlukan Allah, dengan kata lain tidak sejalan dengan apa yang digariskan oleh Allah. Padahal manusia itu lemah dan bodoh.

Sebagai makhluk lemah dan bodoh, sudah sewajarnya jika kita selalu meminta pentunjuk kepada Allah dan menjalankan semua petunjuk yang telah ada, yang telah tercantum dalam Al Quran dan dicontohkan oleh Rasul-Nya. Sungguh sombong manusia yang tidak memerlukan petunjuk-Nya atau mereka-rekanya sesuai dengan pikirannya sendiri.

Wallahu A’lam


Tentang Diri

Wahai diri...janganlah berharap lebih terhadap sesuatu yang belum pasti engkau raih...kendalikan perasaanmu...janganlah terjebak dengan situasi yang akan membuatmu lebih terpuruk…jangan jadikan pengalaman sebagai masa lalu yang tidak kau hiraukan...pengalaman adalah guru yang paling berharga...guru yang mengajarimu tentang mana yang salah dan mana yang benar...yang baik untuk kau ambil yang jelek agar kau tinggalkan...berkacalah pada masa lalu...!!! berhati-hatilah...!!! jangan sampai terjerembab/terperosok masuk ke dalam lubang yang sama untuk kali ke-dua...karna sakit yang engkau rasa akan melebihi sakitnya yang pertama...cukup satu kali saja pahit ketir itu terasa...

Tapi…jangan pula engkau berputus asa dengan harapan yang kau miliki…optimis menjadi keharusan untuk menggapai cita-cita tertinggi…dengan du’a dan usaha insya Allah hasil terbaik akan kau raih…jalanilah proses itu dengan kesabaran dan tawakkal kepada-Nya…minta serta berbaik sangkalah kepada-Nya… insya Allah akan memberikan ketenangan kepada jiwa.

Wahai diri…ingatlah akan potensi yang ada dalam dirimu… yang boleh jadi tidak mampu melebihi potensi yang dimiliki pribadi lainnya…dirimu adalah manusia biasa yang tak bisa terhindar dari khilaf dan dosa…dirimu adalah manusia yang Allah ciptakan dengan berbagai macam kekurangan…jangan sombong dikala senang…jangan resah di saat sedih…

Setiap pribadi sudah Allah tetapkan kehidupannya…bahagia atau celaka…masing-masing diri memiliki kekurangan yang tak bisa dipungkiri. Berbesar hatilah menerima kenyataan, jangan biarkan penyesalan menjadi penghambat diri…jalan kebaikan masih terbentang luas dihadapan…insya Allah…

Wahai diri…jika engkau menyayangi dan mencintai…jagalah dengan sepenuh hati… sayangi dan cintai ia karna Allah…jadikanlah ia bunga terindah yang akan menghiasi hari-harimu…jangan biarkan menjadi layu dan kering karena tak pandai kau merawat serta menjaganya…siramilah selalu dengan air kehidupan agar ia tetap tumbuh subur…janganlah engkau sia-siakan…disaat bunga itu layu kering berguguran…barulah penyesalan yang kau rasakan…ketika ia meninggalkanmu…barulah engkau menyadari betapa berharganya ia dan tak pernah kau dapati penggantinya…

Janganlah kau membuat dirinya ragu akan ketulusanmu yang akan menghilangkan keyakinan terhadap harapan yang sedang kau bangun bersama…karena kata-kata yang tidak disadari terucap dari lisanmu…kata-kata yang biasa menurutmu…tapi berdampak luar biasa dalam pandangannya…kembalikanlah ia seperti sedia kala…yang menyayangi dan mencintaimu dengan setulus hatinya…katakan bahwa kau masih bersamanya…tidak ada sedikitpun yang berubah…tidak akan pernah berubah dan akan tetap seperti itu…always and forever…

Wahai diri…perbaikilah dirimu selagi masih ada kesempatan, jangan biarkan kebencian, ke-egoan dan kekesalan menghiasi hari-harimu…tebarkanlah cinta, kasih sayang…tetapkan tujuan hidup demi menggapai ridha Ilahi…

Wahai diri…tidak ada yang sempurna di dunia ini…segala kesempurnaan hanyalah milik Allah Jalla wa ‘Ala. Semua yang ada…semua yang diraih merupakan kehendak yang tak bisa dihindari…terimalah dengan tangan terbuka…terimalah dengan kebesaran hati…insya Allah ketenangan dan kebahagiaan akan diraih pada akhirnya…

Wallahu A'lam