Ujian Praktek TIK Kelas 8
Ujian Praktek TIK Kelas 9
Ujian Praktek Kelas 11

Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu).
(QS. FAATHIR:16)
widget lain
Zaujatie... tiga bulan sudah kita menjalani hidup bersama, kalau dihitung hari, lama memang; kurang lebih 90 hari jumlahnya. Namun, rasanya baru kemarin akad itu terucap (disuruh ngulang lagi...hufth) dan meninggalkan kenangan yang tak mungkin terlupakan (obrolkeuneun buat anak incu, hehe...) yang hanya terjadi di pernikahan kita (sigana mah...tapi duka). Alhamdulilah semuanya dapat dilalui dengan penuh kesabaran. Kita-pun mempunyai keyakinan yang sama; kesabaran bisa menjadi kunci keberhasilan.
Namun, semua kemeriahan itu telah berlalu, kita melangkah berdua menjalani hari-hari, beriringan dan bergandeng tangan menghadapi setiap luka-liku kehidupan yang akan dilalui, belajar mandiri untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi, saling berbagi kasih dan sayang yang tak kan pernah pudar dimakan zaman insya Allah. Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan usia pernikahan kita yang akan terus bertambah, ke-sederhana-an dan ke-sahaja-an akan selalu menjadi penghias diri, mendidik hati agar senantiasa suci dan menyerahkan segala urusan kepada yang memiliki hati. Uang dapat dicari, harta bisa didapat dengan usaha, tapi hati tak kan pernah bisa dibeli dengan rupiah karena luar biasa berharganya yang tak kan ternilai sekalipun dengan kemewahan yang berlimpah.
Zaujatie...betapa bangga dan bahagianya hati ini, memiliki istri seperti dirimu (tidak berlebihan kok...) yang penyabar (insya Allah), penuh pengertian dan perhatian, menjadi tongkat untuk menapaki jalan terjal kehidupan, penunjuk jalan saat mendapati kebuntuan dan pelita dalam kegelapan. Teringat dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda, “Jadilah istri sholehah, apabila diperintah ia taat, apabila dipandang menyenangkan hati suaminya, dan apabila suaminya tidak ada dirumah, ia menjaga diri dan harta suaminya.” (HR.Ahmad dan An-Nasa’i, di Hasan-kan oleh Albani dalam Irwa’ no.1786)
Kini, tiga bulan telah kita lalui bersama, diusia pernikahan yang masih seumur jagung benih kasih sayang telah tertanam dalam rahim-mu, dambaan setiap insan yang merajut kasih dan sayang atas dasar cinta kepada Sang Pencipta. 1 (satu) bulan usia kandunganmu, usia kehamilan yang masih sangat rentan. Oleh karenanya perlu penjagaan yang extra agar dia bisa tetap ada dan tumbuh sesuai dengan keinginan kita, sebuah cita-cita dan harapan telah ditanamkan padanya,“keshalehan” menjadi hal pertama dan utama.
Zaujatie...terima kasih atas segala kebaikan yang engkau tanamkan dalam keluarga kita, insya Allah tujuan pernikahan seraya menjadi nyata; Sakinah, Mawaddah wa Rahmah (SaMaRa). Amiin.
“Dunia ini dijadikan Allah penuh perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan hidup adalah istri yang sholihah” (HR. Muslim)
tentang-pernikahan.com - Cinta, duuuh cinta...
Virus cinta emang bisa bikin blingsatan dan jungkir balik gak karuan. Uring-uringan, hingga makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Bahkan dapat merubah pribadi seseorang, yang awalnya benci banget kata-kata puitis nan manis, mendadak jadi pujangga yang pandai menebar janji tuk memikat hati.
Sambil bersimpuh dengan seikat bunga mawar ditangan, sang pujangga pun merayu sang pujaan, "Duhai belahan hati, tak dapat kuhidup tanpa dirimu di sisi."
Kadang ia bergaya bagaikan bintang film India, "Adinda..., belahlah dadaku ini, kan kau lihat ada dirimu di sana."
Sang gadis pun tersipu malu, hidung kembang-kempis dan jempol kaki jadi gede, "Idih... abang bisa aja nih."
Tak peduli siang malam, yang dipikirkan hanya juwita sayang impian seorang. Tak tahan dengan rayuan maut sang pujangga karbitan, si gadis pun langsung jatuh cinta. Jiwa terbang ke awang-awang, bermain dengan bintang gemintang.
Akhirnya, adik jadi milik abang seorang.
Cihuiii... nikah juga!!!
Pesta tiga hari tiga malam pun diadakan, ngikutin tradisi bintang-bintang sinetron atau anak orang-orang kaya. Meriah, dengan orkes dangdut setiap malam yang memekakkan telinga, juga tak ketinggalan pemutaran layar tancap di depan rumah.
Tamu-tamu begitu banyak yang datang, dan tak henti-hentinya ucapan selamat dihaturkan, "Duuh neng, cantiknya...," seraya tangan mencubit gemes pengantin perempuan.
"Aduuh!" ternyata nyubitnya sakit juga, sambil ngedumel dalam hati, "Iih... luntur deh make-up, nih ibu reseh banget sih!"
Tapi senyuman masih mengembang, memikirkan banyaknya amplop yang akan diterima, dan kembali berbisik dalam hati, "Sudah tradisi...," menirukan iklan produk biskuit di tivi.
Rasa puas serta bahagia terpancar dari kedua pasangan, dan tentu saja keluarga besar. Bangga, bisa membuat pesta gede-gedean karena katanya itu simbol kaum terhormat dan kaya raya.
Rencana bulan madu pun tak lupa dipikirkan, "Bang, ntar kita bulan madu kemana?" tanya istri sambil bergelayut manja.
"Kemana aja boleh, terserah adikku sayang," sambil mencium pipi dengan mesra, muaaah! Maklum, pengantin baru.
"Huu... yang benar dong jawabnya," pura-pura merajuk.
"Kalo ke bulan, adik mau ikut?"
"Ikuuut...," sambil memegang erat tangan kekanda tercinta.
Aih... aih...
* * *
Cinta, duuuh cinta...
Di awal pernikahan duhai sungguh indah, sayang-sayangan yang bikin mabuk kepayang. Makan saling suap-suapan, di jalan pun tangan saling bergandengan, hingga kadang membuat iri yang belum menemukan pasangan. Tak lupa foto adinda yang sedang tersenyum dipajang di meja kerja, dielus-elus saking cintanya, karena tak sabar ingin segera pulang ke rumah.
Jam kerja kadang digunakan untuk telpon-telponan, "Lagi ngapain, honey?"
Karena masih pengantin baru, masih gede rasa cemburu.
"Hani? Siapa tuh Hani? Kan namaku bukan Hani, pacar baru lagi ya?"
Hiks... hiks... hiks...
Hah???
* * *
Waktu berlalu, hari berganti hari hingga tahun berganti tahun. Layaknya sebuah kehidupan, tentu ada pasang surut. Roda pun tak selalu di atas, selalu ganti berputar. Begitu juga perjalanan bahtera rumah tangga anak manusia, kadang manis tak jarang pula sebaliknya.
Gejolak cinta di masa muda yang begitu bergelora untuk mendapatkan pasangan jiwa lalu berganti dengan keluh kesah, hingga bosan pun meranggas cinta. Suami yang dulu begitu mesra, perlahan mulai lupa dengan yang di rumah. Sang istri kini lebih sering merenung sambil bersenandung lagu Kemesraan-nya Franky Sahilatua, berharap kemesraan yang dulu janganlah cepat berlalu.
Istri kadang sendirian, karena kekanda tercinta suka pulang larut malam. Makan malam yang dihidangkan pun kini tak lagi disentuh, karena restoran telah menjadi pilihan. Dilayani pelayan-pelayan yang berpenampilan rapih, bagi sang suami lebih menyenangkan daripada disambut istri yang wajahnya penuh dengan masker bengkoang dan celemek kucel penuh bau masakan beraneka-ragam. Bahkan tak jarang kepala bermahkotakan rol rambut aneka warna.
Ah... Rumah tangga kini tak lagi tampak mesra. Suami yang dulunya selalu berjanji sehidup semati, kini lain di bibir, lain di hati. Sindir menyindir sering jadi luka yang menyayat pedih.
* * *
"Neng... manusia itu tak ada yang sempurna, semua pasti ada kekurangannya," nasehat Wak Haji di mushola kecil yang diapit rumah-rumah mewah di kompleks perumahan tersebut.
"Suami istri saling cekcok atau bertengkar itu hal yang biasa," beliau kembali menambahkan.
"Wak Haji juga dong?" cepat memotong.
"Lha iya, emang saya bukan manusia?" Wak Haji menjawab sambil mesem-mesem.
"Lho, mestinya Wak Haji ngasih contoh yang baik, masak udah haji kok bertengkar?"
Lalu kembali berkomentar, "Kalo Wak Haji yang udah tua gini masih juga suka berantem, lha kita yang muda ini nyontohnya ke siapa? Wak Haji mikir dong, mikir...!"
Wuaaah...!!!
"Aih... aih... Wak Haji gitu aja marah, terusin deh" senyum-senyum.
Sambil menahan gemes, Wak Haji pun melanjutkan, "Neng juga harus inspeksi diri sendiri..."
"Mungkin introspeksi ya Wak, maksudnya?" membenarkan.
"Oh iya, ya itu..., Neng juga harus intrupsi"
"Introspeksi Wak, bukan intrupsi!" kembali membenarkan, sembari menahan kesal.
"Aduuh... susah ya pakai istilah tingkat tinggi, apa tadi, inflasi?" Wak Haji bertanya kembali.
Wuaaah...!!!
"Aih... aih... Neng, gitu juga marah, he... he... he...," Wak Haji terkekeh-kekeh, girang banget bisa membalas.
"Tak ada gading yang tak retak, demikian juga rumah tangga. Lautan masih terlalu luas terbentang, ribuan karang siap menghadang, ombak pun kadang menerjang. Karena itu semua persoalan tak hanya dapat dipecahkan dengan cinta, tapi juga butuh sikap dewasa," nasehat Wak Haji.
Kembali beliau menambahkan,
"Untuk bersikap dewasa harus ada yang namanya ujian. Nah..., jadikan ujian itu sebagai pernik-pernik dalam pernikahan, ia akan menjadi indah saat setiap pasangan menyikapinya dengan dewasa, bukan dengan amarah. Sikap dewasa akan menyuburkan cinta, sehingga istri atau suami akan lebih mengutamakan pasangannya. Misalnya nih contoh gampangnya, kadang si istri lebih senang berdandan untuk orang lain daripada suaminya, atau sebaliknya."
"Maksudnya Wak Haji?" bertanya, karena belum jelas.
"Iya, coba si Neng inspeksi, eh... apa tadi, inflasi?" sahut Wak Haji seraya membenarkan letak kopiahnya.
"Idih mulai lagi nih, introspeksi, Wak Haji" sambil menahan senyum.
"Eh iya, si Neng coba introspeksi diri, apa iya kalo dandan di rumah juga seperti ini? Padahal Islam menganjurkan kalo berdandan untuk suami di rumah itu jauh lebih baik daripada untuk orang lain," nasehat Wak Haji bagaikan air bening yang merembes di telaga hati.
Si Neng hanya terdiam, membenarkan. Kemudian ia merenung betapa indah, bahkan teramat indah Islam mengajarkan syariat kepada para pemeluk-Nya, hingga mengatur hal-hal yang sangat sederhana. Ia tertunduk malu, karena terkadang terlalu berlebihan berdandan untuk orang lain saat keluar rumah, padahal yang lebih utama semestinya itu adalah hak kekanda, sang belahan jiwa.
* * *
Krek... Suara pintu dibuka, suami tercinta baru pulang kerja.
"Aih... aih..., mau kemana malam-malam begini?" tanya suami curiga, melihat istri yang berdandan begitu cantiknya.
Ia hanya diam, dan tersenyum manis sementara kekanda tercinta masih bengong, menatap tak percaya.
"Nggak kemana-mana, emangnya gak boleh tampil cantik di rumah?" jelas adinda sambil mengedipkan genit sebelah matanya.
"Kata Wak Haji, istri itu harus melayani suami dengan baik, termasuk tampil cantik saat ia ada di rumah," menirukan apa yang telah didengarnya di mushola.
Suami terharu, aaah... ia memang telah tampil beda. Suami pun sadar bahwa dirinya dan juwita tercinta memang sudah beranjak jauh dari masa-masa muda yang penuh gelora, tapi kekuatan cinta akan selalu menjadikan seseorang berusaha memberikan yang terbaik kepada yang dicintainya. Sang pujangga lalu berjanji dalam hati, untuk selalu menjadi pujangga cinta bagi adinda, sang belahan jiwa.
"Abang...," istri berkata perlahan.
Dalam hati sudah mengira, pasti adinda akan meminta maaf atas segala kekhilafan yang dilakukannya, sehingga dengan cepat ia berkata,
"Sudahlah dek, abang juga salah, suka mengabaikan tanggung jawab di rumah," terharu, mata tambah berkaca-kaca.
"Aih... aih..., emangnya saya mau ngomong apa," gerutunya dengan manja, "Cuma mau nanya, kan udah awal bulan, uang gajiannya mana?"
Hah???
Nasihat ini mengajarkan pada calon suami-istri untuk bisa mempelajari kenyataan hidup bahwa kebahagiaan bahtera rumah tangga hanya bisa digapai dengan pergaulan yang baik dan lemah lembut antar keduanya. Pergaulan yang baik akan mampu menghantarkan pasangan suami intri kepada masa – masa bahagia dan kehidupan yang menyenangkan.
Allahu Akbar.......
Demikian bahasa yang dirasa paling pantas untuk menggambarkan betapa hebat dan kuatnya Allah SWT, serta memberikan bukti nyata tentang lemah dan tidak berdayanya manusia di hadapan-Nya.
Kejadian yang tidak akan pernah terlupakan, sebuah pemandangan yang membuat tegang semua urat saraf, diam seribu basa maksud laripun tak bisa, panik, was-was, cemas, takut, lemas, lunglai semuanya campur aduk jadi satu seolah tak percaya dan tak pernah mengira dengan segala apa yang sedang terjadi. Tawa dan canda sejenak berubah menjadi tangis yang memilukan. Semuanya berhamburan meninggalkan gedung-gedung mewah yang menjadi tempat tinggalnya, gundukan harta yang diusahakan selama bertahun-tahun lamanya, anak-anak yang dicintai serta disayangi pada saat itu ditinggalkan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Peristiwa sederhana yang menggambarkan kehancuran dunia dalam ruang lingkup yang lebih kecil atau dalam istilah agama disebut dengan “Qiyamah Shugro”. Inilah teguran yang ingin Dia sampaikan untuk hamba-Nya agar tetap mawas diri, rendah hati dihadapan orang lain dan merendahkan dirinya dihadapan Sang Pencipta, menjadi makhluk yang menghambakan dirinya untuk Allah Rabb penguasa alam.
Ada diantaranya yang mengatakan dengan penuh percaya diri bahwa gempa yang sekaragn lebih sering terjadi hanyalah “Fenomena Alam” semata, namun satu yang pasti semua kejadian yang menimpa dunia tidak akan keluar dari kehendak-Nya. “…apabila Dia berkehendak terhadap suatu perkara, Dia hanya mengatakan “Jadilah” maka pasti terjadi…”, demikian pernyataan yang Allah ‘Azza wa jalla sampaikan dalam ayat-Nya. Ayat yang memberikan bukti nyata bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT di saat Dia berkehendak, segala sesuatu dihadapan-Nya menjadi kecil bahkan teramat kecil.
Saudaraku, tidak ada yang abadi di dunia, segala apa yang menjadi kebanggaan diri akan sirna tak berbekas. Anak yang “dielu-elukan” karna raihan prestasi yang dicapainya tidak akan mampu menyelamatkan dan akan sia-sia jika tidak dididik menjadi anak sholeh, harta yang dibangga-banggakan akan lenyap dan habis di konsumsi jika tidak diinfestasikan untuk kebaikan, begitu pula jabatan serta kedudukan yang tinggi tidak akan memberikan manfaat jika tidak dijalankan dengan benar, yang akan kekal dan menjadi penyelamat diri hanyalah KESHALEHAN dari semua yang dimiliki.
Semoga dengan setiap peristiwa yang terjadi, semuanya menjadi tersadar akan Maha Hebat, Maha Kuat, Maha Kuasa dan memahami serta mengerti akan kebesaran Sang Khalik, terus berusaha menjadi manusia-manusia terbaik yang menjadi harapan agama. Marilah berbenah diri selagi masih ada kesempatan yang Allah berikan.
“Ya….Allah tidak ada satu-pun perkara yang Engkau ciptakan dengan sia-sia, Maha suci Engkau, jauhkanlah kami dari siksa api neraka”
Wallahu A’lam bisshowab.
“tak ada gading yang tak retak”, demikian pribahasa yang sudah begitu akrab terdengar di telinga kita, sebuah pribahasa yang menggambarkan ketidaksempurnaan segala yang ada di dunia termasuk manusia. Cantik dan rupawan secara jasadiyah, cakap dan terampil dengan kemampuan, indah dalam bertutur kata, sopan santun kepada sesama; semuanya bukanlah merupakan bukti nyata kesempurnaan seseorang, dibalik semua kehebatan yang ada kelemahan tetap tersimpan.
Segala kesempurnaan hanya ada pada pemiliknya yaitu Allah Jalla wa’ala. Rasanya sangatlah tidak pantas dan tidak wajar ketika seseorang diberikan kelebihan dalam hal apapun kemudian dia menjadi pongah, congkak dan sombong, melemahkan serta merendahkan derajat orang lain, tidak senang ketika ada orang yang melebihi kemampuan yang dimilikinya, lalu dia berbuat hasud (iri dengki) dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak sepatutnya diucapkan, mendzalimi sesama dengan kata dan perbuatan sampai pada ucapan sumpah serapah.
Sadarlah ikhwah, semua yang ada di dunia tidaklah kekal abadi, suatu saat nanti taqdir Allah akan menghancurkan semua yang dibangga-banggakan; harta, jabatan, kedudukan hatta kehormatan sekalipun, semua tidak akan ada yang tersisa kecuali amaliah yang baik yang akan menjadi penghias diri di akhirat nanti. “…bisa jadi engkau mencintai sesuatu padahal dia jelek untukmu dan bisa jadi pula engkau membenci sesuatu padahal dia baik untukmu…” demikian firman Allah dalam Al-Qur’an yang mengisyaratkan untuk tidak terlalu mencintai dan membenci sesuatu secara berlebihan, karena semuanya bisa berubah tanpa bisa diduga.
Tidak ada yang sempurna saudaraku, masing-masing diri kita memiliki kelemahan yang tidak bisa dipungkiri. Berbesar hatilah untuk menerima keadaan, jangan biarkan penyesalan menjadi penghambat diri, jalan kebaikan masih membentang luas dihadapan, biarlah yang lalu menjadi pelajaran berharga sehingga tidak terjerembab masuk ke lubang yang sama untuk kali kedua.
Untuk orang-orang yang telah terlanjur tersakiti; ma’afkan semua kesalahan yang telah diperbuat, biarpun dengan meminta maaf orang tidak akan menjadi rendah ataupun terangkat derajatnya dihadapan manusia tapi satu yang pasti, Allah SWT dengan segala kebaikan-Nya yang tak terhingga sangat antusias kepada mereka yang mau bertaubat dan memberikan garansi ampunan atas kesungguhan mereka.
Marilah memperbaiki diri selagi masih ada kesempatan, jangan biarkan kebencian, ke-egoan dan kekesalan menghiasi hari-hari kita.